Sejarah Enterostomal Therapy Nurse (ETN) atau perawat luka, stoma dan kontinensia di dunia telah dimulai tahun 1958, namun di Indonesia starting point dimulai Tahun 2007 melalui program Indonesian Enterostomal Therapy Nurse Nursing Education Program (IndoETNEP) di WOCARE, Bogor atas lisensi World Council of Enterostomal Therapy Nursing (WCET) (Irma PA, 2010) (Carol Stott, 2010). Dukungan WCET juga diberikan dalam bentuk alokasi beasiswa NNGF bagi perawat Indonesia (Saldy Yusuf, 2011). Kebijakan ini berdampak positif dalam meningkatkan jumlah perawat ETN di Indonesia. Peningkatan jumlah perawat ETN di Indonesia mendapatkan lingkungan yang kondusif seiring dengan pengesahan Undang-Undang No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan. Salah satu wujudnya adalah perawat Indonesia bisa melaksanakan praktik keperawatan mandiri termasuk perawat ETN. Riset kami menunjukkan pelayanan perawat ETN menurunkan durasi perawatan, frekuensi perawatan, dan meningkatkan laju penyembuhan luka (Saldy Yusuf, et al 2013). Sayangnya pertumbuhan praktik mandiri ini belum dibarengi implementasi standar. Oleh karena itu, tahun 2015 dirintis national consensus document tentang standar praktek perawatan luka, yang menghasilkan lima poin rekomendasi; standar dokumentasi, standar fasilitas, satandar perawatan luka, standar pelayanan dan standar peningkatan profesionalisme (Saldy Yusuf, 2016). Peningkatan profesionalisme yang dimaksud meliputi; Sertifikasi, kompetensi, legalitas, etika, komunikasi dan kredensialing (Saldy Yusuf, 2016). Hal ini bisa menjadi titik awal bagi perawat ETN untuk ?berubah? dan bertransformasi. Transformasi bisa diawali dalam pemikiran dengan menciptakan visi dan mewujudkan ke dalam misi sehingga menjadi ?passion? dalam hidup sehingga tidak hanya menjadi ETN sebagai atribut pelengkap status.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2016