Ada sebuah pendapat tentang jaringan kosakata yang menghubungkan antara satu dan yang lainnya sehingga mencapai kepada sebuah kata inti yang bermakna umum, yaitu “Pendapat A. Lehrer dalam Semantic Fields and Lexical Structure (Amsterdam: North Holland, 1974) yang mengutip pendapat Trier, menyatakan bahwa kosakata suatu bahasa itu terstruktur. Kosa kata suatu bahasa dapat diklasifikasikan menjadi beberapa butir leksikal yang berhubungan dengan medan konseptual dan dibagi menjadi ruang makna (semantic space) atau ranah makna (semantic domain). Beliau juga percaya bahwa medan bahasa itu tidak terisolasi, sehingga medan-medan bahasa tersebut akan bergabung bersama membentuk bagian yang lebih besar lagi sampai pada akhirnya keseluruhan kosakata dapat masuk ke dalamnya”. Penelitian ini pada dasarnya akan memperkuat pendapat Lehrer dengan menganalisis leksem-leksem di dalam Al-Qur’an yang memiliki komponen-komponen makna yang sama sehingga menemukan medan makna ketaatan dalam bahasa Arab berdasarkan kajian di Al-Qur’an. Leksem yang dikaji dalam penelitian ini ada empat, yaitu: tâ‘ah, salima, ‘awwâb, dan qânit. Leksem-leksem ini dengan berbagai perubahan bentuk kata, baik secara derivatif maupun inflektif sehingga menjadi korpus yang akan dicari komponen maknanya, serta diinformasikan tentang kedudukan makna leksem ketika berada dalam konstruksi kalimat (dibaca: ayat). Untuk itu dibutuhkan beberapa kitab tafsir. Pengumpulan korpus dilakukan dengan cara menginventarisir data yang diambil dari sumber-sumber data di kitab-kitab tafsir dan dikumpulkan agar memudahkan analisa secara komprehensif. Setelah mendapatkan komponen makna dari setiap leksem selanjutnya masing-masing komponen makna tersebut akan dibandingkan satu dengan yang lainnya. Kesimpulan yang akan dibangun di penelitian ini adalah adanya jaringan yang menghubungkan antara leksem-leksem ketaatan dalam Al-Qur’an, baik dilihat dari sisi komponen makna maupun ketika berada dalam konstruksi kalimat.
Copyrights © 2015