Tulisan ini bertujuan menelaah sistem demokrasi yang sesuai bagi proses komunikasi politik (political communication) di Indonesia, yang dapat dipahami sekaligus dibaca menurut berbagai cara. Ketika membaca komunikasi politik di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dengan situasi sejarah sistem politik Indonesia sendiri. Mulai dari masa proklamasi hingga sekarang. Dalam kajian artikel ini, penulis ingin menyampaikan Model “Komunikasi Berasa” atau lebih dikenal dengan Experientially Meaningful Communication, sebuah pendekatan dalam membaca dan memahami proses komunikasi politik di Indonesia melalui sinergi penyampaian dan pembuktian pesan melalui pengalaman khalayak terhadap makna pesan yang disampaikan oleh agen, rhetor atau aktor komunikasi politik. Manakala publik sudah pada titik desintisasi atau tumpul dan tidak peka terhadap pesan politik, maka melalui teknik komunikasi berasa publik diajarkan untuk memaknai keberasaan sebuah pesan politik dari berbagai dimensi sensorik komunikasi. Diharapkan publik tidak lagi apatis terhadap kondisi politik, apolitik atau bersikap golongan putih (golput) terhadap keputusan politik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sensor keberasaan yang hendaknya dikembangkan pada publik meliputi: keberasaan inderawi, keberasaan emosional, keberasaan rasional, keberasaan relevansional, keberasaan benefisial dan keberasaan sosial.
Copyrights © 2019