Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts)
Vol 12, No 1 (2011): Juni 2011

Lakon Laire Antasena: Konsep ”Jembar Tanpa Pagut” dalam Tradisi Wayang Ngayogyakarta

Aris Wahyudi (Jurusan Pedalangan ISI Yogyakarta. Jalan Parangtritis KM 6,5, Sewon, Bantul. HP: 0878 3930 3588)



Article Info

Publish Date
02 Jun 2011

Abstract

Antansena adalah putra Dewi Urangayu, salah satu istri Bima. Dia adalah karakter yang unik di dunia wayangNgayogyakarta. Sebagai seorang ksatria Pandawa, Antasena mewakili kekuatan dan kebijaksanaan, rendah hati, danunik. Dia memiliki perilaku yang aneh terhadap saudara yang lain. Dia tidak pernah berkata sopan kepada siapapun, seperti Bima, ayahnya. Dia memiliki karakter yang khas yang tidak ditemukan dalam tradisi Mahabharata atautradisi wayang lainnya. Keberadaannya dilengkapi dengan karakternya, sejarah, dan kehidupan dari lahir sampaimati di dunia. Antasena yang benar-benar dibuat untuk menempatkan ide. Melalui mitologi wayang, karakterAntasena dari aspek kedatangannya adalah identifi kasi laut sebagai budaya Jawa akan menjelaskan konsep ’JembarTanpa pagut’, kualitas jiwa yang harus dibangun oleh orang Jawa untuk menghadapi kehidupan. Melalui hubungananalogi tersebut, kehidupan nyata orang Jawa harus memahami diri mereka ke tempat itu.Kata kunci: Antasena, wayang, konsep ’jembar tanpa pagut’ABSTRACTThe Antasena Play: ”Jembar Tanpa Pagut” Concept in Wayang Ngayogyakarta Tradition. Antansena was Dewi Urangayu’s son, one of Bima’s wives. He was a unique character in Ngayogyakarta wayang world. As a Pandawa knight, Antasena represented a powerful, wise, low-profi le but unique knight. He had such an odd behavior against his other brothers’. He never said politely to anyone, just like Bima, his father. He is the specifi c character in Ngayogykarata wayang tradition, because it will not be found in Mahabharata tradition or other wayang traditions. His existence comes with his character, history, and life from birth to death in wayang world. As a culture, Antasena is absolutely made for placing an idea. Through wayang mythology, a mean in Antasena character from his coming aspect is an identifi cation of ocean as Javaneses culture would explain the concept of ‘jembar tanpa pagut’, a soul quality which must be built by Javaneses to face life. Through such analogy relation, Indonesian’s real life (especially Javaneses) should understand themselves to place it.Keywords: Antasena, ocean aspect, ”jembar tanpa pagut” concept, life quality perfection leading.

Copyrights © 2011






Journal Info

Abbrev

resital

Publisher

Subject

Arts Humanities

Description

Resital : Jurnal Seni Pertunjukan merupakan jurnal ilmiah berkala yang ditujukan untuk mempublikasikan karya ilmiah hasil penelitian, pengembangan, dan studi pustaka di bidang seni pertunjukan. Jurnal Resital pertama kali terbit bulan Juni 2005 sebagai perubahan nama dari Jurnal IDEA yang terbit ...