Pada dasarnya, pembelajaran mengarang berpengaruh pada minat siswa terhadapjenis-jenis atau genre karangan, namun, ternyata tidak terdapat hubungan antara teoriyang diajarkan dan kemampuan siswa dalam menghasilkan karangan yang berkualitasmemadai. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pengajar tidak atau belummemiliki pemahaman yang mendalam dan keterampilan yang memadai terhadapkarakteristik berbagai genre karangan sehingga tidak mengherankan bahwa di dalamproses pembelajaran tidak terjadi penularan keterampilan itu dari pengajar kepadaasuhannya. Sebagai akibatnya, siswa tidak mampu menuangkan gagasan ke dalamjenis karangan tertentu yang memenuhi syarat-syarat yang diperlukan. Pencapaiantujuan pembelajaran keterampilan mengarang perlu diupayakan dengan berbagaialternatif model pembelajaran. Dalam hubungan itu, tulisan ini mencobamemperkenalkan model Critical Discourse Analysis (CDA) untuk pembelajaranketerampilan tersebut. Dengan CDA, siswa diharapkan terbiasa bersikap kritis dankreatif dalam menanggapi berbagai fenomena dan makna yang terdapat di dalamkarya sastra untuk kemudian mereka tuangkan dalam bentuk karangan yang memilikikarakteristik tersendiri. Pemahaman siswa atas berbagai makna dan nilai yangterdapat di dalam berjenis-jenis wacana merupakan prioritas utama model CDA ini.Dalam implementasi model CDA, pengajar dapat menyiapkan tiga tahap, yakni (1)tahap penjelajahan, (2) tahap interpretasi, dan (3) tahap perekaciptan. Dalammengimplementasikan model CDA, pengajar hendaknya mempertimbangkan bahanpengajaran berdasarkan penguasaan bahasa, psikologi siswa, dan latar belakangbudaya siswa.Kata Kunci: Critical Discourse Analysis, model pembelajaran, narrative
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2009