AbstractMinangkabau nagari (local state resembling village) serve as the lowest level of administration in the Indonesian government as well as the basis for the implementationand preservation of traditional values based on Islamic sharia. Nagari is not only led byWali Nagari as the formal leader but also balanced by Tungku Tigo Sajarangan—a termfor three leaders in the society; Niniak Mamak, Alim Ulama, and Cadiak Pandai—andBundo Kanduang as the social leader. Each element has to cooperate and contributeaccording to their tasks to achieve the goal of wealthy, prosperous, secure, and peacefulNagari community. Those functions will work well if each leader understands,comprehends, and implements the cultural and religious values as mentioned inMinangkabau catchphrase “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.†Key words: Nagari, Tungku Tigo Sajarangan, Bundo Kanduang, culture, Syarak AbstrakNagari di Minangkabau selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan terendah dalam wilayah Republik Idonesia juga merupakan basis penanaman dan pelestariannilai-nilai adat dan  syarak. Kepemimpinan Nagari tidak hanya dilaksanakan oleh WaliNagari dan perangkat-peangkatnya sebagai pimpinan formal tapi juga oleh forum TigoTungku Sajarangan (Niniak Mamak, Alim Ulama dan Cadiak Pandai) ditambah denganunsur-unsur Bundo Kanduang sebagai pimpinan sosial. Masing-masing unsur harussaling bekerjasama dan bahu membahu sesuai fungsinya untuk mewujudkan cita-citamenuju kehidupan masyarakat Nagari yang makmur, sejahtera, aman, damai dansentosa. Fungsi-fungsi tersebut akan dapat berjalan dengan baik dan lancar apabilamasing-masing unsur memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai adat dansyari’at Islam seperti tertuang dalam ungkapan “Adat Basandi Syarak- Syarak BasandiKitabullah.  Kata kunci: Nagari, Tungku Tigo Sajarangan, Bundo Kanduang, Adat, Syarak
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2013