Stress merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, stress seperti bagian dari kehidupan itu sendiri terlebih untuk seorang narapidana, kondisi yang serba terbatas mengakibatkan narapidana sangat mudah sekali mengalami stress. Tingkat optimisme yang tinggi akan membantu narapidana dalam menilai suatu masalah dari titik pandang yang positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara optimisme dan penyesuaian diri dengan stress pada narapidana kasus Napza di Lapas Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi. Oleh karena itu, variabel dalam penelitian ini variabel bebas atau independet variabel (X1) yaitu optimisme dan (X2) yaitu penyesuaian diri dengan variabel terikat atau dependent variabel (Y) yaitu stress. Populasi dalam penelitian ini adalah narapidana kasus Napza di Lapas Kelas IIA Bulak Kapal Bekasi. Jumlah populasi adalah sebanyak 419 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah tehnik purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 12% dari populasi yaitu sebanyak 50 orang.Untuk menganalisa hasil penel;itian dilakukan Uji normalitas dengan perhitungan distribusi frekuensi yang selanjutnya dimasukkan ke dalam kertas peluang normal dan data yang dihasilkan menunjukkan distribusi normal. Teknik koefisien korelasi yang digunakan adalah korelasi Product Moment untuk menganalisa data. Semua analisis diatas menggunakan SPSS 16.00Hasil perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment ditemukan bahwa optimisme dan stress memiliki korelasi sebesar -0.454, Koefisien korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang terjadi adalah berlawanan yaitu besarya skor yang terjadi bersamaan dengan rendahnya skor pada variabel yang lain. Sementara itu hasil perhitungan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment, ditemukan bahwa penyesuaian diri dan kebermaknaan hidup memiliki korelasi sebesar -0.465. Koefisien korelasi yang negatif menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalah berlawanan yaitu besarya skor yang terjadi bersamaan dengan rendahnya skor pada variabel yang lain. Kemudian koefisien determinan diperoleh sebesar 26.4%, artinya variabel optimisme (X1) dan variabel penyesuaian diri (X2) memberikan sumbangan sebesar 26.4% untuk variabel stress (Y). Selebihnya 73.6% dipengaruhi oleh faktor lain. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara optimisme, penyesuaian diri dengan stress. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi tingkat optimisme dan penyesuaian diri, maka semakin rendah tingkat stress dan sebaliknya, semakin rendah tingkat optimisme dan penyesuaian diri maka semakin tinggi tingkat stress-nya
Copyrights © 2009