Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan biaya transportasi dan distribusi barang yang paling murah untuk daerah pemasaran di Pulau Jawa berdasarkan tingkat pelayanan pada tiap distributor. Terdapat 4 pabrik yang melayani 34 distributor.Metode yang digunakan adalah dengan memodelkan jaringan transportasi dan distribusi barang sebagai model transportasi dan diselesaikan dengan metode linier programming. Model transportasi memodelkan bentuk pelayanan dan permintaan dari pabrik ke distributor. Sedangkan metode linier programming menyelesaikan permodelan transportasi dengan bantuan software Lindo versi 6.1. Model transportasi distribusi dikembangkan dalam 4 model, yaitu tingkat pelayanan 0%, 10%, 20% dan 30%. Tiap model akan dicari bentuk permodelan jaringan dan biaya transportasi yang terjadi. Hasil permodelan menunjukkan biaya pada tingkat pelayanan 0%, 10%, 20% dan 30% berturut-turut: Rp 134.361.600, Rp 134.816.400, Rp 151.256.200, dan Rp 144.404.300. Namun pada tingkat pelayanan 0%, 7 distributor terabaikan (0% kapasitas distributor). Kesimpulan, permodelan yang digunakan adalah permodelan dengan tingkat pelayanan 10% dimana tiap distributor terpenuhi kapasitasnya dengan biaya transportasi dan distribusi sebesar Rp 134.816.400.
The research objection is to determine the lowest cost of transportation and distribution in Java referring to serving capacity level on each distributor. There are 4 factories serving 34 distributors.The method is to make transportation network and distribution of goods as transportation model and finalized with linier programming method. Transportation model will form a model of supply and demand from factory to distributor. While programming linear method will finalize transportation model with help of software Lindo version 6.1. Transportation model of distribution will be developed in 4 forms of model with level of service of 0%, 10%, 20% and 30%. Each model will be found its network model form and its cost of transportation that happened. The result of model shows that cost on level of service 0%, 10%, 20% and 30% successively: Rp 134.361.600, Rp 134.816.400, Rp 151.256.200, and Rp 144.404.300. But at level of service 0%, 7 neglected distributor occured (0% distributor capacity). The conclusion, model that applied is model with level of service of 10% where the capacity of each distributor is fulfilled with cost of transportation and distribution Rp 134.816.400.
Copyrights © 2007