Rajungan termasuk salah satu hasil perikanan yang umumnya bersifat perishable food (mudah rusak/busuk), maka dalam penanganan daging rajungan rebus dilakukan cold chain system(sistem pengupasan kulit rajungan dengan menjaga suhu produk di bawah suhu ruangan) dengan cepat dan cermat untuk menghindari pembusukan (kenaikan suhu) pada daging rajungan.Rajungan (Portunus pelagicus) dalam penelitian ini adalah hasil tangkapan dari alat tangkap jaring kejer dan bubu lipat di Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang sudah diolah menjadi daging rajungan rebus.Perbedaan pada penanganan hasil tangkapan dan pengolahan rajungan dari alat tangkap jaring kejer dan bubu lipat meliputi kehati-hatian dalam penanganan rajungan saat hauling, lamanya waktu melaut yang mempengaruhi waktu penyimpanan, perbedaan pengoperasian alat tangkap bubu lipat dengan menggunakan umpan, sedangkan jaring kejer tidak, dan penanganan daging rajungan hasil tangkapan bubu lipat yang melalui proses perebusan di laut dan hasil tangkapan jaring kejer langsung diolah atau direbus di miniplant.Hasil analisis daging rajungan rebus pada hasil tangkapan jaring kejer dengan nilai rata-rata uji skor organoleptik yaitu 7,6, hasil uji mikrobiologi Angka Lempeng Total (ALT) 1,1 x 104 koloni/g dan uji Escherichia coli bernilai negatif (< 3). Daging rajungan hasil tangkapan bubu lipat nilai rata-rata uji skor organoleptiknya 6,6, uji mikrobiologi ALT 2,0 x 104 koloni/g, dan uji Escherichia coli bernilai sama dengan jaring kejer negatif (< 3), maka kualitas daging rajungan rebus hasil tangkapan jaring kejer bernilai lebih baik dibandingkan hasil tangkapan bubu lipat.
Copyrights © 2019