Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial
Vol 43 No 3 (2019): Volume 43 Nomor 3 Desember 2019

Eksistensi E-Warong Kube PKH di Tengah Urbanisasi

Nuzul Solekhah (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS))
ririn purba (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS))



Article Info

Publish Date
10 Jun 2020

Abstract

Pemberdayaan ekonomi sering dianggap sebagai salah satu solusi bagi pengentasan masalah kemiskinan. Namun pemberdayaan ekonomi yang tidak tepat sasaran justru dapat menimbulkan masalah sosial baru. Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Sosial memiliki program unggulan berupa E-Warong KUBE PKH. Dalam pelaksanaannya, program ini mengalami tantangan dan hambatan yang perlu dievaluasi lebih lanjut. Beberapa diantaranya adalah keterkaitan aspek keruangan dan potensi kultural yang dimiliki oleh pengurus (perempuan). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan observasi di Kota Banjar, Jawa Barat. Penulis menggunakan kerangka pemikiran Bourdieu tentang praktik sosial, dimana terdapat relasi antara habitus dengan pertarungan akumulasi dan komposisi modal yang dimiliki oleh agen dalam arena. Dari empat modal yang diidentifikasi oleh Bourdieu, modal budaya adalah modal yang paling menonjol daripada jenis modal yang lain. Hal ini karena mayoritas pengurus adalah perempuan. Relasi antara situasi sosial yang ada di sekitar mereka dengan latar belakang pendidikan yang relative rendah, mendorong mereka untuk mencari alternatif lain dalam mengupayakan konversi modal non ekonomi ke dalam modal ekonomi. Kesulitan mengkonversikan modal non ekonomi ke dalam modal ekonomi agar dapat menyokong eksistensinya di tengah urbanisasi yang ditandai dengan maraknya toko-toko modern dan minimarket. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana pengurus  E-Warong Kube PKH mempertahankan eksistensi E-Warongnya di tengah ancaman keberadaan toko modern? Berdasarkan hasil observasi di lapangan, para pengelola menganggap E-Warong sebagai pekerjaan tetap mereka, sedangkan penghasilan tambahan di luar itu adalah pekerjaan sampingan. Sejauh ini, modal sosial yang digunakan oleh pengelola E-Warong Kube PKH masih sebatas pada jaringan internal dan optimalisasi penjualan kebutuhan primer. Untuk menghadapi tantangan tersebut, muncul mekanisme berupa kas-bon, dan kebijakan transaksi penggunaan sisa pencairan BPNT untuk dibelanjakan di E-Warong.

Copyrights © 2019






Journal Info

Abbrev

mediainformasi

Publisher

Subject

Social Sciences

Description

Hasil penelitian maupun studi literatur bidang kesejahteraan sosial meliputi Penanganan fakir miskin, rehabilitasi sosial, perlindungan dan jaminan sosial serta pemberdayaan ...