Tulisan ini hendak menggali sejarah dan menganalisa kekuatan hubungan mutualisme Sultan Muhammad Kaharuddin III dan GMIT Baitani Sumbawa, sebagai salah satu kekuatan main actor atau role-model dalam menyikapi dampak negatif dari perkembangan sosial di tanah Sumbawa melalui kacamata sosiologi agama. Hubungan antarmanusia di Sumbawa Besar diakui sebagai satu dari sedikit daerah yang mengalami transisi dan cukup berhasil. Walaupun demikian, relasi antarmanusia dengan konteks beranekaragam seperti Sumbawa Besar selalu berpotensi rawan konflik, sebab jurang identitas dan rasa kemanusiaan yang semakin memudar. Tulisan ini mengambil kesimpulan sementara bahwa Sultan Muhammad Kaharuddin III dengan gaya memimpinnya saat itu dapat dijadikan patron terbaik, yang dapat diikuti masyarakat dalam menyikapi dan menyaring dampak negatif dari lompatan budaya dan perkembangan zaman hingga saat ini. Tindakan disengaja dari seorang aktor sosial tersebut selalu memiliki alasan atas aktivitas-aktivitasnya, yang kemudian mampu dielaborasikan secara diskursif dengan konteks permasalahan di masa kini. Menggunakan perspektif sosiologi agama tulisan ini mengkaji pengembangan teori aktor sosial dalam konteks masyarakat sipil yang beranekaragam di Sumbawa besar. Seraya menyadari bahwa kesenjangan konteks saat itu dan masa kini akan sangat berpegaruh besar, pada bagian akhir tulisan ini, mengeksplorasi sejauh mana relasi antarmanusia dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi. Kata Kunci: Aktor sosial, GMIT Baitani, Rekonsiliasi, role-model, dan Sultan Kahariddin III.
Copyrights © 2020