Di Indonesia belum ada definisi yang baku tentang underacievement. Umumnya di sekolah memandang semua siswa yang memperoleh prestasi belajar rendah disebut siswa yang underacievement. Underacievement pada dasarnya memiliki arti sama dengan prestasi kurang, walau[un nuansa underacievement lebih berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang. Seseorang dalam melakukan kegiatan banyak berkaitan dengan kemampuan yang dimiliki. Kemampuan yang tinggi, kecenderungan prestasi seseorang juga akan tinggi pula. Beberapa simtom seseorang yang tergolong berprestasi di bawah kemampuan sebagaimana diidentifikasikan para guru dan orang tua, meliputi: “tidak pernah menyelesaikan pekerjaannya, kurang memiliki inisiatif akademik, fobia pada pengetesan atau bekerja pada area-area yang sulit, tidak mampu berfungsi sebagai anggota kelompok, mengalami masalah-masalah sosial atau maladaptasi, melakukan tindakan-tindakan karena rasa bersalah atau melakukan tindakan menyalahkan, depresi dan merasa takut gagal”. Hasil dari suatu penelitian ditemukan bahwa faktor kebutuhan berprestasi, harga diri, lokus kendali, kebiasaan mengajar, dukungan orang tua memliliki hubungan yang signifikan dengan munculnya underacievement ini. Di samping itu, faktor budaya sekolah (school culture) juga memilki kontribusi yang cukup besar terhadap munculnya underacievement.
Copyrights © 2009