LATAR BELAKANGPada lanjut usia (lansia) terjadi proses penuaan serta penurunan kapasitas fisik seseorang akibatnya menjadi kurang produktif, rentan, dan banyak bergantung pada orang lain. Perempuan lansia biasanya sudah mengalami menopause dan penurunan fisik berhubungan dengan perubahan hormonal. Menurunnya kadar estrogen pada menopause mengakibatkan perubahan pada vulva dan vagina yang memudahkan perempuan lansia mengalami infeksi bakterial. Women’s health initiative menunjukkan prevalensi perempuan lansia yang menderita pruritus vulva mencapai 27%. Pruritus vulva seringkali dikaitkan dengan diabetes melitus walaupun hal ini masih kontroversial. Tujuan penelitian ini untuk menentukan hubungan antara diabetes melitus dan pruritus vulva pada perempuan lansia. METODESebuah studi analisis observasional dengan pendekatan desain penelitian potong silang mengikutsertakan 197 perempuan lansia. Penelitian dilaksanakan bulan September-November 2017. Sebuah kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data mengenai usia, pendidikan, status pernikahan dan pekerjaan. Kadar gula darah sewaktu diukur menggunakan glukometer Unesco dan kuesioner digunakan untuk mengukur pruritus vulva. Analisis data dengan menggunakan uji Chi- square untuk menganalisis data dengan tingkat kemaknaan 0,05. HASILSebanyak 91,9% subjek berusia antara 60-69 tahun, 62,4% mengalami diabetes melitus (kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL) dan 71,9% mengalami pruritus vulva. Hasil uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara diabetes melitus dan pruritus vulva (p=0,000). KESIMPULANPenelitian ini menunjukkan diabetes melitus meningkatkan kejadian pruritus vulvae pada perempuan lansia, sebaiknya dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah sewaktu secara berkala untuk mencegah terjadinya pruritus vulvae.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2018