Ritual merupakan ekspresi dari sistem upacara keagamaan yang merefleksikan adanya hubungan manusia dengan alam spiritual. Bagi pelakunya, ritual memiliki fungsi sosial yang sangat penting, yaitu mengintegrasikan individu-individu dalam masyarakat dan menjadi instrumen untuk menyalurkan energi negatif (Ismail, 2012:1). Dalam konteks upacara Nadran, ritualisasi yang dilakukan masyarakat pesisir ini secara implisit mempunyai nilai-nilai filosofi yang kuat. Solidaritas, etis, kultural, dan religius adalah bentuk refleksi yang tercipta dari simbol-simbol pada upacara pesta laut yang diselenggarakan setiap setahun sekali ini. Jika sebelum kedatangan Islam prosesi Nadran lebih menonjolkan pada kulturalisasi Hinduisme, maka pasca-Islam hadir di bumi pertiwi, tradisi Nadran tidak lagi dimaknai sebagai persembahan kepada Sanghyang Jagat Batara (penguasa alam semesta). Mantra-mantra yang dibacakan dalam prosesi Nadran juga dikonversi menjadi kumpulan doa-doa bernuansa islami yang dipimpin oleh tokoh muslim. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sugiyono (2011:8) menjelaskan, metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik, karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa ritualisasi Nadran memiliki dimensi yang sangat universal meskipun masih sebatas dimensi kultural. Tradisi Nadran merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pesisir sekaligus sebagai manifestasi upaya manusia untuk mendapatkan ketenangan rohaniah. Tradisi Nadran mampu memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan dan melestarikan budaya lokal.
Copyrights © 2018