Abstract Today, the increase of global warming has made humans and nature difficult to live comfortably. Human activities damage the ecology and create global warming as the consequence. Humans exploit natural resources at the expense of the sustainability of nature. To respond to that ecological problem, this article draws forth the Sumba local wisdom embedded in the culture of the community for ages. The aim is to construct a contextual theological perspective promoting an equal relationship between humans and nature based on justice, love, and solidarity instead of domination and exploitation. Abstrak Saat ini pemanasan global semakin tinggi yang membuat manusia dan alam tidak bisa hidup nyaman. Pemanasan global terjadi karena alam semakin rusak, yang salah satu penyebabnya adalah tangan-tangan manusia sendiri. Manusia mengeksploitasi alam dengan serakah dan tanpa mempertimbangkan keberlanjutan hidup alam dan dampaknya bagi semua penghuni bumi. Berkaitan dengan masalah ekologi ini, penulis mengangkat kearifan lokal yang sudah ada di dalam budaya masyarakat Sumba. Tujuannya adalah membangun sebuah perspektif teologi kontekstual tentang hubungan manusia dengan alam yang tidak bersifat dominasi dan eksploitasi. Sebaliknya menciptakan hubungan yang setara atas dasar keadilan, cinta kasih, dan persaudaraan.
Copyrights © 2019