Keterlambatan proyek menjadi kendala yang tak terhentikan. Pengaturan lintasan kritis diperlukan untuk mengurangi risiko akibat percepatan proyek dikarenakann keterlambatan proses pengerjaan selama proses berlangsung. Pengaturan lintasan kritis menentukan kapan aktivitas itu dimulai, ditunda, dan diselesaikan, sehingga pembiayaan dan pemakaian sumber daya bisa disesuaikan waktunya menurut kebutuhan yang telah ditetapkan. Perlunya manajemen risiko diperlukan dalam melakukan mitigasi risiko dari pengaturan lintasan kritis di proyek. Hasil dari pengaturan lintasan kritis terdapat dua lintasan kritis yaitu pertama lintasan kritis A-B-C-D-E-G-I-J-L-M probabilitas mendekati 0,9608 yang diinterpretasikan bahwa ada sekitar 96,08 % peluang untuk menyelesaikan proyek dan kedua lintasan A-B-C-D-E-G-I-K-L-M dengan probabilitas mendekati 0,9625 yang diinterpretasikan bahwa ada sekitar 96,25 % peluang untuk menyelesaikan proyek. Hasil dari identifikasi risiko terdapat indikator 16 indikator risiko proyek di PT XYZ, yaitu aspek manajemen ada 2 indikator risiko dengan 4 sub risiko, aspek pelaksanaan proyek ada 3 indikator risiko dengan 7 sub risiko, aspek external ada 1 indikator risiko dengan 3 sub risiko dan aspek perencanaan operasional ada 1 indikator risiko dengan 2 sub risiko. Pemberian risk response development adalah berupa usulan perbaikan terhadap 3 risiko kritis hasil dari penilaian risiko, dengan cara melakukan observasi terhadap kondisi saat ini di lapangan dan dengan pertimbangan dari pihak PT XYZ.
Copyrights © 2018