This research is to identify women’s representation in the rubric text about women abuseses in households of “Nah Ini Dia” in The Poskota. This research is a discourse analysis which uses critical paradigm, through qualitatif appoarch. The choice of rubric sample is used with purposive technique. The analysis that is used is critical discourse analysis combine with Sara Mills methodological analysis. After the analysis is done, the regained conclusion is that in the rubric of “Nah Ini Dia” ,the subject position is mainly dominated by men, while women are always in the object position. The writer positions himself as a man, so that the readers are directed to interpret the content of the text from a man’s point of view. As the result, the rubric text becomes bias in representing women. Women are only depicted as the triggering factor to domestic abuses done by men. This context commonly happens in Indonesian society, in which women are identically addressed as victims of domestic abuses. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi representasi perempuan pada teks pemberitaan kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dalam teks rubrik “Nah Ini Dia” di harian Pos Kota. Penelitian ini merupakan analisis wacana dengan menggunakan paradigma kritis, melalui pendekatan kualitatif. Pemilihan sampel rubrik dilakukan menggunakan teknik purposive. Analisis yang digunakan adalah analisis wacana kritis yang dipadukan dengan metode analisis Sara Mills. Setelah dilakukan analisis diperoleh kesimpulan bahwa dalam rubrik “Nah Ini Dia” tersebut, posisi subjek cenderung di dominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan selalu diposisikan sebagai objek. Penulis memposisikan dirinya sebagai laki-laki, sehingga teks berita yang ditampilkan pun mengarahkan pembaca untuk menafsirkan teks berita dalam artikel tersebut dari sudut pandang lakilaki. Teks rubrik tersebut menjadi bias dalam merepresentasikan perempuan. Perempuan hanya digambarkan sebagai pemicu tindakan kekerasan dan akhirnya menjadi korban KDRT yang dilakukan oleh laki-laki. Konteks ini pun terlihat dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dimana perempuan selalu identik sebagai korban KDRT.
Copyrights © 2012