Klasifikasi sebuah keluarga dikatakan miskin dinilai oleh beberapa indikator, yaitu kemampuan keluarga memperoleh kepemilikan pakaian (sandang), mendapatkan pangan, kondisi tempat tinggal (papan) yang layak, terjangkaunya akses pendidikan dan kesehatan, pendapatan, serta kepemilikan aset.1 Stunting pada anak merupakan salah satu indikator jangka panjang dari gizi kurang yang merupakan dampak dari kegagalan pertumbuhan di masa lalu yang akan menghambat perkembangan anak di masa mendatang.2 Penelitian ini bertujuan untuk menghubungkan antara karakteristik keluarga kurang mampu terhadap kejadian stunting pada balita di Kota Semarang.Penelitian ini menggunakan desain case control dengan teknik purposive sampling. Subyek penelitian yaitu 91 balita stunting (kasus) dan 91 balita normal (kontrol). Variabel yang diukur yaitu pola asuh orang tua, pendidikan ibu, pendidikan ayah, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara pola asuh orang tua (p-value<0,0001, OR = 12,632, dan 95%CI = 16,268 - 25,498) , pengetahuan gizi ibu (p-value<0,0001, OR = 9,273, dan 95%CI = 4,728 - 18187) , pendidikan ibu (p-value=0,002, OR = 2,857, dan 95%CI = 1,509 - 5,410), pendidikan ayah (p-value=0,006, OR = 2,842, dan 95%CI = 1,389 - 5,813 dan pendapatan keluarga (p-value=0,037, OR = 2,738, dan 95%CI = 1,131 - 6,629) dengan kejadian stunting di Kota Semarang.
Copyrights © 2018