Tulisan ini membahas tentang makna 'abasa dalam al-Qur'an khususnya Q.S 'Abasa [80]: 1 yang menjadi perdebatan di kalangan ahli tafsir terkait korelasinya dengan konsep kemaksuman Nabi Muhammad. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori semiotika Roland Barthes. Barthes menawarkan pendekatan semiotika melalui dua tahapan.Tahapan pertama yaitu sistem linguistik atau makna denotasi dan tahapan kedua yaitu sistem mitologi atau makna konotasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: pertama, sistem linguistik pada kata 'abasa tidak hanya diartikan sebagai ekspresi wajah yang masam namun juga diartikan sebagai ekspresi tidak senangnya Nabi Muhammad karena terganggu dengan kedatangan Ibnu Ummi Maktum. Kedua, sistem mitologi pada kata 'abasa adalah Nabi Muhammad mengacuhkan Ibnu Ummi Maktum karena khawatir tidak dapat mengislamkan para pembesar musyrik Quraisy apabila diskusinya terputus. Nabi Muhammad meyakini bahwa keberislaman pembesar Quraisy akan berdampak besar dalam tersebarnya ajaran Islam, karena kedudukan dan pengaruh mereka di tengah-tengah masyarakat sehingga Nabi berusaha keras mendakwahi mereka agar mereka tertarik masuk Islam. Di ayat ini, Allah menegur Nabi Muhammad karena kesalahan Nabi berupa tarku al-awla (meninggalkan yang prioritas). Tujuan utama Nabi hanyalah memberi peringatan sehingga mengislamkan para pembesar Quraisy bukan merupakan sesuatu yang berada dalam kekuasaan Nabi. Ideologi yang terkandung dalam ayat tersebut adalah mengkampanyekan paham egaliter dalam bentuk menghargai manusia.
Copyrights © 2020