This study aims to examine how proselytization means in an intertestamental state for contemporary mission activities. At that time the proselytization carried out by Palestinian Jews and diaspora Jews continued, resulting in a wave of religious conversions in Judaism called real proselytes (ger tsedeq) as well as people who fear Allah (passive proselytes). This study uses a qualitative approach with descriptive methods, in which the researcher tries to answer the research problem by looking for literary sources that correlate with the research problem. From this research, it can be concluded that proselytizing in the intertestamental era opened up opportunities for church missions in the New Testament era, as documented in the Acts of the Apostles where the apostles carried out missions with the main target of delivering the gospel to all nations, starting with carrying out missions for proselytes, so many of them believed.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana makna proselitisasi di ma-sa intertestamental bagi kegiatan misi masa kini. Pada masa itu proselitisasi yang dilakukan oleh orang Yahudi Palestina maupun Yahudi diaspora terus berjalan sehingga menghasilkan gelombang konversi religius pada agama Yudaisme yang disebut proselit sungguhan (ger tsedeq) maupun orang-orang yang takut akan Allah (proselit pasif). Penelitian ini menggunakan pendeka-tan kualitatif dengan metode deskriptif, di mana peneliti berusaha menja-wab permasalahan penelitian dengan mencari sumber-sumber literatur yang berkorelasi dengan masalah penelitian. Dari penelitian ini dapat disimpulkan proselititasi di masa intertestamental membuka peluang bagi misi gereja di era Perjanjian Baru, seperti terdokumentasi dalam Kisah Para Rasul di mana para rasul melakukan misi dengan target utama menyampaikan Injil bagi semua bangsa, bermula dengan melakukan misi bagi orang hasil proselit, sehingga banyak dari mereka yang menjadi percaya.
Copyrights © 2020