Konflik Maluku 19 Januari 1999 berimbas pada keharmonisan hidup masyarakat Maluku secara universal. Akibatnya adalah, penduduk Maluku hidup tersegregasi pada komunitasnya masing-masing. Namun demikian, masih terdapat kelompok masyarakat yang tetap hidup harmoni dalam bingkai keanekaragaman, yakni masyarakat Negeri Tamilouw di Pulau Seram-Maluku. Keharmonisan sosial yang ditemui di Negeri Tamilouw yang multi etnis dan multi agama tidak terlepas dari peran aktor, dan cara kerja struktur sosial yang tersistematis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi aktor dalam bingkai keanekaragaman untuk mencapai harmoni sosial dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Negeri Tamilouw. Pendekatan disiplin ilmu yang digunakan adalah sosiologi pengetahuan, dengan mengunakan teori konstruksi realitas Peter Berger dan Luckmann. Paradigma penelitian yang digunakan adalah konstruktivisme dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan temuan data, analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Harmoni sosial yang terjaga dalam masyarakat Negeri Tamilouw, Pulau Seram-Maluku, merupakan hasil kerja integrasi empat aktor utama yaitu tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemerintah dan tokoh pemuda. Keempat aktor ini memiliki jejaringan atau ikatan simpul kepercayaan, strategi kerja dan aturan norma yang berlaku
Copyrights © 2021