Menjauhnya jarak antara fisik pemukiman dengan karakter sosialnya merupakan cerminan dari minimnya interaksi sosial yang terjadi diantara penghuni perumahan yang dapat menciptakan hubungan sosial dalam konsep neighborhood. Penelitian ini dirancang untuk mengkaji, memahami praktik-praktik interaksi sosial yang bisa mencerminkan modal sosial dan untuk memahami apakah masyarakat real estate merupakan sebuah komunitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif - deskriptif – eksploratif dengan pendekatan studi kasus pada salah satu perumahan menengah atas di bandung. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya unsur konsep neighborhood pada arsitektur perumahan, menjadi pengaruh dalam menghambat perkembangan jaringan sosial penghuninya sehingga tidak menimbulkan hubungan timbal balik dalam konsep komunitas. Ruang-ruang publik belum dapat berkontribusi secara maksimal dalam mewadahi praktik interaksi sosial. Interaksi yang membentuk jaringan sosial antar penghuni terjadi berdasarkan persamaan keyakinan yang diwadahi pada fasilitas keagamaan. Karakter interaksi sosial antar penghuni belum mampu membentuk unsur-unsur modal sosial sehingga tidak dapat mewujudkan konsep komunitas yang solid. Disimpulkan beberapa unsur yang menjadi hambatan terbentuknya modal sosial bagi komunitas penghuni arsitektur perumahan, diantaranya: kepercayaan (trust), dilema waktu (time dilemma), ketergantungan sosial (Social Dependence), kepedulian sosial (Social Care), norma (Norms) dan jejaring (network). Keenam unsur tersebut menjadi faktor lemahnya proses pembentukan modal sosial pada perumahan real estate.
Copyrights © 2021