Penelitian ini timbul dari fenomena guru non-Muslim mengajar di Madrasah yang sedang viral di media sosial, tujuan dari penelitian ini adalah dalam rangka mengetahui secara empiris bagaimana paradigma keberagamaan guru Madarsah di Kudus serta respon mereka terhadap fenomena guru non-Muslim mengajar di Madrasah. Adapun dalam penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif yang berusaha mengungkapkan makna dari fenomena atau gejala yang terjadi. Pengumpulan data yang dilakukan menggunakan kuesioner/angket yang berisikan mengenai paradigma keberagamaan yaitu: Ekslusivisme, Inklusivisme dan Pluralisme, serta respon terhadap fenomena apabila terdapat guru non-Muslim mengajar di Madrasah. Kemudian angket disebar melalui google form kepada guru yang mengajar di Madrasah kota Kudus. Terdapat 100 responden yang telah berpartisipasi dalam survei ini. Setelah melakukan analisis data dengan pendekatan kuantitaif ditemukan fakta bahwa paradigma Inklusivisme menjadi paradigma dengan urutan paling banyak mendapat persetujuan, setelah itu paradigma Ekslusivisme dan yang terakhir paradigma Pluralisme. Meskipun guru madrasah di Kudus memiliki paradigma Inklusivisme yang tinggi akan tetapi mereka sebagian besar menolak apabila terdapat guru non-Muslim mengajar di Madrasah. Hal tersebut sungguh mengejutkan peneliti sendiri, karena seharusnya paradigma inklusivisme dapat menghantarkan sikap menerima apabila terdapat guru non-Muslim mengajar di Madrasah.
Copyrights © 2021