Seorang yang memiliki penyandang disabilitas rungu wicara menjadikan mereka kurang memiliki percaya diri untuk tampil di muka publik. Selain itu, mereka juga harus mendapatkan bantuan orang lain. Untuk membantu penyandang disabilitas rungu wicara , kaum disabilitas harus mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat agar memiliki kemampuan dan menjalani kegiatan sehari-hari secara mandiri. Dalam hal ini, Kementrian Sosial RI melalui Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabiltas Sosial Rungu Wicara Melati Jakarta melaksanakan pendampingan sosial untuk memberikan pelayanan sosial dalam membentuk kemandirian klien penyandang disabilitas rungu wicara. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pelayanan sosial dalam membentuk kemandirian klien. Untuk memahami hal tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif agar bisa melihat secara rinci bagaimana proses pembentukan kemandirian yang dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabiltas Sosial Rungu Wicara Melati Jakarta. Data yang didapatkan dalam penelitian ini melalui wawancara dengan pekerja sosial di lembaga tersebut. Dalam membentuk kemandirian klien penyandang disabilitas rungu wicara Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabiltas Sosial Rungu Wicara Melati Jakarta, pekerja sosial menerapkan teori behaviorisme dalam pelayanan sosial yang diberikan. Dalam melaksanakan pelayanan sosial kepada penyandang disabilitas rungu wicara yang bertujuan untuk membentuk kemandiriannya, pekerja sosial memberikan stimulus dengan memberikan contoh untuk dapat direspon dengan baik oleh mereka.Kata kunci: Rungu Wicara, Kemandirian, Behaviorisme
Copyrights © 2021