Perubahan tata guna lahan dapat memberikan manfaat, namun dapat juga berakibat buruk bagi lingkungan, seperti pembakaran dan penebangan terhadap vegetasi/hutan di lahan gambut, hal ini menyebabkan air di lahan gambut berkurang secara berlebihan sehingga menyebabkan lahan gambut menjadi kering dan mudah terbakar. Perhitungan neraca air lahan gambut sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi distribusi air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi neraca air dan pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap kondisi neraca air pada KHG Pulau Tebing Tinggi berdasarkan tata guna lahan tahun 2010 dan 2019. Pemodelan hidrologi dilakukan menggunakan model TMWB (Thornthwaite Mather Water Balance berdasarkan data curah hujan, klimatologi, tata guna lahan dan tekstur tanah. Hasil analisis tata guna lahan tahun 2010 dan 2019 terdapat perubahan luasan hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Perubahan tata guna lahan menjadi lahan pertanian dan perkebunan dapat menyebabkan air hujan yang seharusnya meresap ke dalam tanah, berubah menjadi limpasan aliran permukaan yang umumnya mengalir ke sungai/kanal, sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan air dan lingkungan disekitarnya. Hasil perhitungan neraca air tiap Sub KHG Pulau Tebing Tinggi periode tahun 2010 dan 2019, menunjukkan bahwa tahun 2019 kondisi limpasan air (runoff) lebih besar dibandingkan tahun 2010, sehingga ada kecenderungan disebabkan oleh perubahan tata guna lahan.
Copyrights © 2021