Indonesia yang dulu bernama Hindia-Belanda pernah menjadi sasaran para kaum kolonial untuk menjalankan praktik dominasinya selama berabad-abad. Eksploitasi, konflik, perlawanan serta otonomi menjadi catatan sejarah bagi Indonesia pada masa kolonial. Isu mengenai kolonialisme hari ini masih banyak muncul dalam berbagai media kehidupan, serperti misalnya pada media film. Pada tahun 2019, Falcon Pictures merilis film Bumi Manusia sebagai adaptasi dari novel karya sastrawan legendaris indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Film yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo ini menceritakan kebingungan tokoh utama Minke yang terjebak di antara kekaguman dan kebencian terhadap kebudayaan dan kemajuan inovasi dan teknologi bangsa Eropa yang pada saat itu sedang menduduki Hindia-Belanda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana film Indonesia sebagai bagian dari negara Timur merepresentasikan pandangan Orientalisme Barat pada masa kolonialisme dalam film Bumi Manusia (2019). Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan poskolonial Edward Said, teori struktur film Boggs & Petrie serta struktur drama Gustav Freytag. Hasil penelitian menujukkan bahwa film ini menampilkan adanya diskursus tandingan (counter discourse) terhadap Orientalisme yang diupayakan sebagai pembalikkan stereotip Timur terhadap Barat melalui re-presentasi atau penggambaran kembali pribadi pribumi yang sesungguhnya sebagai alat resistensi pribumi di masa kolonial.
Copyrights © 2021