Filariasis limfatik adalah penyakit tular vektor yang disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Filariasis ditargetkan untuk dieliminasi pada tahun 2020 oleh WHO. Teknik diagnostik yang digunakan adalah pemeriksaan mikrofilaria pada sediaan darah malam, namun teknik ini memiliki banyak kekurangan, sehingga perlu digunakan metode diagnosis lain, serologi, untuk memantau program eliminasi filariasis.Deteksi serologi menggunakan Rapid test yaitu diagnosis cepat untuk filariasis limfatik dengan mendeteksi antibodi melalui IgG telah lama digunakan. Namun, deteksi IgG antifilaria mempunyai spesifisitas rendah karena adanya reaksi silang dengan parasit nematoda lain. Akhirnya penggunaan antigen rekombinan B. malayi Bm14 dikembangkan, untuk mendeteksi subklas IgG4 antifilaria. Antigen rekombinan filaria B. malayi Bm14 dilaporkan memiliki sensitivitas tinggi untuk mendeteksi W. bancrofti, dan B. malayi.Deteksi antibodi IgG4 antifilaria menggunakan antigen rekombinan Bm 14 merupakan cara diagnosis yang tepat untuk filarisis. Hasil penelitian melaporkan bahwa antigen rekombinan Bm14 lebih sensitif dan spesifik dalam mendeteksi filariasis bankrofti dan filariasis Brugia, dibandingkan dengan antigen rekombinan yang lain yaitu WbSXP dan BmR1. Penelitian lain melaporkan bahwa pengukuran level antibodi IgG4 yang meningkat secara signifikan pada infeksi aktif dan penurunan level antibodi IgG4 tersebut setelah pengobatan massal. Selain itu IgG4 antifilaria juga dapat terdeteksi pada individu yang negatif mikrofilaria maupun antigen. Bm 14 merupakan rekombinan antigen yang memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik dalam mendeteksi filariasis bankrofti dan filariasis brugia, sehingga dapat lebih efektif dan diandalkan di Indonesia.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2019