Media dan metode dakwah yang awalnya hanya berpusat pada otoritas tunggal dalam lingkup yang sempit berevolusi menjadi lebih majemuk dan memiliki lingkup yang sangat luas. Masalahnya tidak semua aktor atau pelaku dakwah memiliki otoritas dalam metode penyampaian maupun latar keilmuan yang jelas. Di sisi lain, al-Quran sendiri telah memberikan konsep dan metode dalam berdakwah agar proses dakwah dapat dilakukan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna dakwah yang tercantum di dalam al-Quran. Fokus penelitian ini akan mengkaji pemaknaan dakwah ideal dalam Q.S An Nahl: 125 dengan menggunakan pendekatan Ma’na Cum Maghza, kemudian melihat dari dua sampel da’i, yakni Ustaz Adi Hidayat dan Ustaz Riza Muhammad. Hasil dari penelitian ini adalah Pertama, pesan utama yang terkandung dalam Q.S. An-Nahl ayat 125 adalah pesan Allah tentang nilai dakwah. Diantaranya adalah: Personal Cualification (Kualifikasi Personal), Advisory Action (Nasehat dan Dakwah), Wise Response (Respon yang Bijak), Patient and Surrender (Sabar dan Pasrah). Kedua, peneliti melihat bahwa figur Adi Hidayat berhasil membawa konsep dan metode dakwah ke ruang yang lebih canggih dan modern, tanpa mengurangi esensi dari dakwah itu sendiri. Sedangkan proses dakwah yang dilakukan Riza Muhammad terlihat sangat kontras dengan yang dilakukan oleh Adi Hidayat.
Copyrights © 2021