Artikel ini membahas praktik budaya kerja hibrid di kalangan aparatur sipil negara dengan menggunakan dasar pemikiran kajian budaya. Data teks kualitatif diperoleh dari pengamatan, pengalaman penulis dan studi pustaka dengan objek aparatur sipil negara di Badan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia kementerian komunikasi dan informatika, di Jakarta. Hasil diskusi menyimpulkan bahwa masifnya penggunaan media digital berpengaruh terhadap munculnya gejala sikap dan perilaku individualisme, diferensiasi pekerjaan, dan dominasi pemikiran rasional penggunanya. Di balik hegemoni produsen media digital terhadap konsumen terdapat konstruksi keuntungan ekonomi dan kekuasaan. Sementara itu, akulturasi budaya teknologi digital memunculkan budaya kerja hibrid di kelompok aparatur sipil negara yang memiliki keterampilan teknologi digital. Penggunaan teknologi digital akan mendisrupsi budaya kerja konvensional aparatur sipil negara selama ini. Komodifikasi bergesernya nilai fungsi media digital dari sebagai alat bantu kerja kelompok aparatur sipil negara yang memiliki keterampilan teknologi digital, bergeser menjadi alat kekuasaan untuk posisi tawar politik mendegradasi budaya kerja konvensional kelompok aparatur sipil negara yang tidak memiliki keterampilan media digital. Komodifikasi ini linier dengan konsep hegemoni dan ideologi kapitalis yang dikonstruksi industri media digital untuk menekan konsumennya, termasuk kelompok aparatur sipil negara yang memiliki keterampilan teknologi digital di instansi pemerintah
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022