Tulisan ini didasarkan oleh dua tujuan utama. Pertama adalah menjelaskan wujud aksi yang dilakukan kelompok-kelompok Islam dalam mengartikulasikan kepentingan mereka dalam sisi kebijakan luar negeri. Kedua, menginterpretasi logika gerakan tersebut dengan mencermati pembentukan identitas kolektif. Tulisan ini mengajukan pertanyaan utama, yakni mengapa posisi Islam sebagai kekuatan identitas tidak memberi pengaruh signifikan pada profil kebijakan luar negeri Jokowi. Berdasarkan pendekatan konstruktivisme, penelitian ini mengungkap bahwa posisi Islam sebagai identitas maupun gerakan politik itu telah terekslusi dalam arena kebijakan luar negeri yang disebabkan dalam kondisi internal Islam sebagai identitas dan gerakan memperlihatkan limitasi solidaritas dan fragmentasi politik. Pada akhirnya, posisi Islam di tengah diskursus populisme Islam menampilkan wujud sederhana, yakni identitas sosial-politik gerakan Islam tidak menemukan ruang aspirasi secara tepat dalam mengartikulasikan kepentingan mereka di tengah proses pengambilan keputusan luar negeri.
Copyrights © 2021