Latar Belakang: Hipertensi renovaskuler merupakan salah satu jenis hipertensi yang paling sering dilaporkan pada usia remaja. Hipertensi renovaskuler yang didiagnosis dengan tepat dan cepat diintervensi, memiliki prognosis baik. Oleh karena itu, penting untuk mengenal tanda dan gejala hipertensi renovaskuler, terutama pada remaja. Kasus: Seorang wanita 18 tahun dengan keluhan nyeri ulu hati, buang air besar cair, dan mual muntah satu hari sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 200/100 mmHg. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan anemia, peningkatan kreatinin dan urea serum, serta proteinuria. Pemeriksaan USG menunjukkan pielonefritis kronik bilateral dan pada USG Doppler terdapat peningkatan resistive index arteri renalis bilateral yang menandakan kecurigaan kuat terjadinya stenosis arteri renalis bilateral. Pasien mendapat terapi obat antihipertensi valsartan, diltiazem, dan nifedipin. Kondisi pasien membaik setelah perawatan dan dipulangkan dengan tekanan darah 140/100 mmHg. Pasien dirujuk untuk menjalani terapi revaskulerisasi. Diskusi: Onset hipertensi pada usia muda, gangguan fungsi ginjal pada pemeriksaan laboratorium, dan perburukan fungsi ginjal setelah terapi antihipertensi golongan Angiotensin Receptor Blocker merupakan petunjuk adanya hipertensi renovaskuler. Pemeriksaan USG abdomen dan USG Doppler memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik untuk diagnosis stenosis arteri renalis dan dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas terbatas. Terapi definitif untuk stenosis arteri renalis bilateral adalah revaskulerisasi. Simpulan: Kecurigaan hipertensi renovaskuler perlu terutama pada onset hipertensi usia muda. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi ginjal, dan USG dapat menegakkan diagnosis hipertensi renovaskuler.
Copyrights © 2016