Jurnal Arsitektur Pendapa
Vol. 3 No. 2 (2020)

Transformasi Bentuk Simbolik Arsitektur Candi Prambanan

Yosep Dwikora Krismiyanto (Universitas Atmajaya Yogyakarta)



Article Info

Publish Date
29 Aug 2020

Abstract

Fenomena Arsitektur Candi Prambanan adalah unik karena memenuhi kriterium dimensi makna transendental sejak awal mula pembangunannya, masa kehidupan, masa kegelapan, penemuan kembali, pembangunan dan rekonstruksi, dan kini sebagai tempat upacara keaagaman, pariwisata dan obyek penelitian telah mengalami apa yang dapat dikatakan sebagai Transformasi Bentuk Simbolik, sementara makna eksistensial Arsitektur Candi Prambanan telah mengatasi waktu maupun kesejarahannya tetap hadir sampai saat ini dan terbuka untuk interpretasi baru. Penemuan kembali Candi Prambanan berikut upaya rekonstruksi Bentuk-Simbolik arsitekturnya merupakan indikasi pemaknaan kembali dimensi instrumental, dimensi formal maupun dimensi transendental dari bentuk arsitekturnya. Dari penelitian aspek perseptual Bentuk-Simbolik dalam Arsitektur dengan pendekatan komunikasi grafis maupun sinematografis diharapkan dapat diamati kecenderungan pemaknaan oleh pengamat - dalam hal ini para mahasiswa arsitektur yang dengan pengetahuan dan kemampuan mereka akan menghubungkan Bentuk Simbolik arsitektural dengan pemaknaan tertentu (yang dianalisis melalui metode content analysis). Dari sini akan dapat dilihat apakah Bentuk-Simbolik arsitektural berdimensi transendental dapat dikomunikasikan dan dianalisis secara mendalam dengan mengandaikan pendekatan disiplin ilmu komunikasi.Dari hasil penelitian aspek perseptual, secara stimulus ikonis dan wawancara tahap pertama terlihat kecenderungan pengamat menjawab pertanyaan dalam dimensi formal yang dikaitkan dengan agama Hindu, maka peneliti mengarahkan wawancara tahap kedua dengan persepsi bentuk yang menunjuk pada ke-khasan atau keunikan, pengaruh secara perseptual seperti: keagungan, kemegahan, dan misteri. Ketika peneliti memberikan tekanan pada persepsi bentuk dengan seketika pula responden menjawab bawa bentuk Meru dan Mandala yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa arsitektur sebagai responden cenderung pada dimensi formal sehingga mempengaruhi pemaknaan bentuk yang mereka lakukan. Dari sini dapat dilihat bahwa bentuk-simbolik berdimensi transendental harus dilihat secara mendalam dengan mengandaikan pengetahuan yang lebih tinggi pada level kesadaran yang melingkupinya. Dalam kaitan tersebut, penelitian deskriptif yang melihat berbagai pandangan dan mengkonstruksikan pemikiran baru akan lebih membantu mencapai pemahaman dalam dimensi transendental, termasuk untuk memahami bentuk-bentuk simbolik yang berdimensi transenden.Fenomena Arsitektur Candi Prambanan adalah unik karena memenuhi kriterium dimensi makna transendental sejak awal mula pembangunannya, masa kehidupan, masa kegelapan, penemuan kembali, pembangunan dan rekonstruksi, dan kini sebagai tempat upacara keaagaman, pariwisata dan obyek penelitian telah mengalami apa yang dapat dikatakan sebagai Transformasi Bentuk Simbolik, sementara makna eksistensial Arsitektur Candi Prambanan telah mengatasi waktu maupun kesejarahannya tetap hadir sampai saat ini dan terbuka untuk interpretasi baru. Penemuan kembali Candi Prambanan berikut upaya rekonstruksi Bentuk-Simbolik arsitekturnya merupakan indikasi pemaknaan kembali dimensi instrumental, dimensi formal maupun dimensi transendental dari bentuk arsitekturnya. Dari penelitian aspek perseptual Bentuk-Simbolik dalam Arsitektur dengan pendekatan komunikasi grafis maupun sinematografis diharapkan dapat diamati kecenderungan pemaknaan oleh pengamat - dalam hal ini para mahasiswa arsitektur yang dengan pengetahuan dan kemampuan mereka akan menghubungkan Bentuk Simbolik arsitektural dengan pemaknaan tertentu (yang dianalisis melalui metode content analysis). Dari sini akan dapat dilihat apakah Bentuk-Simbolik arsitektural berdimensi transendental dapat dikomunikasikan dan dianalisis secara mendalam dengan mengandaikan pendekatan disiplin ilmu komunikasi.Dari hasil penelitian aspek perseptual, secara stimulus ikonis dan wawancara tahap pertama terlihat kecenderungan pengamat menjawab pertanyaan dalam dimensi formal yang dikaitkan dengan agama Hindu, maka peneliti mengarahkan wawancara tahap kedua dengan persepsi bentuk yang menunjuk pada ke-khasan atau keunikan, pengaruh secara perseptual seperti: keagungan, kemegahan, dan misteri. Ketika peneliti memberikan tekanan pada persepsi bentuk dengan seketika pula responden menjawab bawa bentuk Meru dan Mandala yang memenuhi kriteria tersebut di atas. Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa arsitektur sebagai responden cenderung pada dimensi formal sehingga mempengaruhi pemaknaan bentuk yang mereka lakukan. Dari sini dapat dilihat bahwa bentuk-simbolik berdimensi transendental harus dilihat secara mendalam dengan mengandaikan pengetahuan yang lebih tinggi pada level kesadaran yang melingkupinya. Dalam kaitan tersebut, penelitian deskriptif yang melihat berbagai pandangan dan mengkonstruksikan pemikiran baru akan lebih membantu mencapai pemahaman dalam dimensi transendental, termasuk untuk memahami bentuk-bentuk simbolik yang berdimensi transenden.

Copyrights © 2020






Journal Info

Abbrev

pendapa

Publisher

Subject

Civil Engineering, Building, Construction & Architecture Engineering

Description

Topik yang dapat dipublis dalam jurnal ini mencakup teoritisi, sejarah, filosofi, spiritual, kerajaan, bangsawan, kampung, perdesaan, cagar budaya (heritage), kawasan, lanskap (landscape), dan budaya arsitektur Jawa Mataram, arsitektur lokal Indonesia dan hal-hal seputar ilmu arsitektur pada umumnya ...