Ketersediaan jenis umbi-umbian lokal seperti ubi jalar (Ipomoea batatas L.) di Indonesia termasuk Bali sangat melimpah, namun penggunaannya sebagian besar untuk tepung, makanan dan camilan serta minuman. Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu tidak terlepas dari kegiatan Upacara keagamaan berupa Panca Yadnya, termasuk di dalamnya Upacara Bhuta Yadnya sebagai persembahan suci kepada para Bhuta Kala untuk menjaga keharmonisan alam semesta beserta penghuninya dengan menghaturkan banten sesaji dan perlengkapannya serta, arak berem petabuhan yang sering disebut “Sajeng Tabuh”. Sajeng Tabuh terdiri dari “Arak Tabuh” yaitu air tape yang berwarna putih merupakan hasil fermentasi ubi jalar madu yang dagingnya berwarna putih kekuningan dan “Berem Tabuh”, yaitu air tape bewarna merah tua hasil fermentasi ubi jalar ungu. Penggunaan Sajeng Tabuh sebagai sarana upacara, maka kebutuhan akan Sajeng Tabuh meningkat terus. Oleh karena itu perlu ada sentra-sentra produksi dalam bentuk industri rumah tangga (home industry) sebagai bentuk inovasi dan kreativitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kearifan lokal serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, sebagai konsep pembangunan berkelanjutan yang popular disebut “Green Economy”. Oleh karena itu dalam Kegiatan Bakti Sosial (Baksos) Mahasiswa dan Dosen IKIP PGRI Bali memberikan kegiatan salah satunya berupa: Pelatihan Pembuatan “Sajeng Tabuh” Hasil Fermentasi Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) sebagai Sarana Upakara kepada PKK Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan.
Copyrights © 2021