Kesetaraan gender yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan di berbagai media, ternyata tidak cukup dipahami hanya pada dibukanya kesempatan kepada kaum wanita, melainkan masih menyisakan banyak masalah gender, antara lain karena tidak dipraktikkan ke dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari rumah sampai di tempat kerja maupun di tempat-tempat umum. Kita baru sampai mengetahui bahwa gender terdiri dari jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki. Di balik soal kedua jenis kelamin ternyata ada yang perlu kita pahami bahwa terdapat masalah yang serius, yaitu posisi antara mereka ternyata tidak sejajar, melainkan laki-laki di atas, perempuan di bawah, atau yang disebut sebagai hierarki gender. Hal yang paling mendasar soal posisi hierarki tersebut dapat kita lihat dalam rumah tangga, laki-laki di depan sebagai kepala keluarga, sementara perempuan dibelakangnya. Alasan tentang posisi atas-bawah atau yang disebut hierarki gender juga disertai dengan menempatkan pencitraan tentang maskulin dan feminim; menjadi laki-laki itu harus begini dan menjadi perempuan itu harus begitu. Oleh karena itu, ketika dalam dunia kerja, laki-laki menjadi bos, maka di bawahnya perempuan menjadi sekretaris. Ketika laki-laki menjadi pilot, maka di bawahnya perempuan hanya sampai pada pramugari. Laki-laki harus dalam posisi di atas yaitu memimpin, mengambil keputusan, sementara perempuan harus dalam posisi di bawahnya, mengikuti apa yang telah diatur. Hierarki gender tersebut telah berlangsung berabad-abad dan tampaknya konstruksi social-budaya ini belum akan sepenuhnya berubah.
Copyrights © 2015