Ada dua kemungkinan besar suatu teks (sastra) diciptakan atau ditulis. Kemungkinan pertama, suatu teks ditulis untuk mencatat apa yang pernah terjadi dan apa yang pernah ada dalam masyarakat sehingga teks tersebut kemudian menjadi sarana pengingat, baik bagi penulisnya maupun bagi masyarakat sebagai ingatan kolektif. Dalam ranah sastra dan budaya Jawa, contoh ekstrim teks semacam ini adalah karya-karya yang kemudian dikelompokkan sebagai babad, yang juga disebut sebagai sastra sejarah, yakni suatu karya sastra yang ditulis berdasarkan peristiwa-peristiwa nyata namun penulisannya menggunakan pasemon atau perlambang yang diramu dengan berbagai unsur, antara lain sarasilah, hal-hal gaib, dongeng, legenda, dan mitos, yang kesemuanya berkelindan menjadi satu kesatuan. Kemungkinan kedua, teks diciptakan atau ditulis karena visi atau jangkauan masa depan. Contoh ekstrim teks semacam ini adalah teks-teks yang dapat dikelompokkan ke dalam “ramalan”, misalnya Jangka Jayabaya dan Serat Jakalodhang, yang secara perlambang mengisyaratkan peristiwa yang akan terjadi di kemudian hari. Sudah barang tentu ada pula teks yang ditulis dengan misi keduanya. Secara terbatas, teks-teks yang yang dikelompokkan ke dalam wulang dapat digunakan sebagai contoh. Teks wulang berisi ajaran sosial berdasar sistem nilai yang berlaku ketika teks ditulis namun dengan jangkauan ke depan, dengan asumsi penerapan ajaran itu akan mengakibatkan kehidupan dunia akan berjalan secara harmonis.
Copyrights © 2010