Hingga kini belum banyak tulisan yang menampilkan sanggahan atas tuduhan yang pernah dilontarkan seorang ‘ulama atas ‘ulama lainnya dalam bentuk syair. Apalagi jika orang yang melontarkan tuduhan tersebut termasuk ‘ulama Hadrami yang pro-pemerintah kolonial Belanda.Yang lebih menarik lagi, terkadang perdebatan masalah keagamaan yang nampak di permukaan sebenarnya hanyalah “bungkus” dari persaingan memperebutkan pengaruh, simpati, atau bahkan disebabkan karena sentimen Hadrami dan non Hadrami. Teks “Cerita Perbantahan Dahulu Kala”, terdapat dalam naskah nomor 104a KFH 1/30 koleksi Perpustakaan Nasional di Jakarta, setidaknya merupakan rekaman tak langsung atas hal itu, karena teks ini ditulis di masanya. Di dalamnya disebut tokoh-tokoh utama yang terlibat, semisal Shaykh Nawawi al-Bantani, Salim bin ‘Abdullah bin Sumair, Sayid Uthman bin Yahya bin ‘Aqil sebagai pengkritik, sedangkan Shaykh Isma’il al-Minangkabau, Shaykh ‘Abdussalam Cianjur, dan lain-lain diwakili oleh Tuanku nan Garang sebagai penyanggah.
Copyrights © 2013