Tradisi Mappanre temme’ adalah salah satu tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat di Kecamatan Belawa setelah anak-anaknya mengkhatamkan bacaan Al-Qur’annya sebanyak 30 Juz. Pada dasarnya, tradisi ini juga dilaksanakan di sejumlah daerah, namun tradisi ini mengalami pergeseran nilai sosial di Kecamatan Belawa, di antaranya dengan pelaksanaannya yang tidak lagi mengikut pada acara lainnya. Hal ini menjadi menarik untuk meneliti perubahan-perubahannya dan hal yang mendasarinya, serta nilai yang dikandungnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk melihat eksistensi dan keunikan tradisi Mappanre temme’, serta mengurai nilainilainya sebagai sebuah hasil akulturasi. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Bugis di Kecamatan Belawa masih mempertahankan keberadaan tradisi Mappanre temme’, bahkan cenderung melahirkannya sebagai tradisi yang mewah dan berkelas. Pergeseran nilai sosialnya tampak dari proses pelaksanaannya, yakni berdiri sendiri, penggunaan pakaian adat yang mewah dan komplit, pengadaan menu dan resepsi mewah, dan pengadaan musik hiburan. Sebagai dampaknya, tradisi Mappanre temme’ terlihat sangat unik dan eksotis ketika dilaksanakan secara sendiri, tanpa mengikut pada acara lain. Mappanre temme’ pada akhirnya menjadi simbol kelas sosial di masyarakat Kecamatan Belawa.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022