Adanya revolusi dalam tatanan hidup umat manusia sudah lumrah terjadi. Akan tetapi, revolusi selalu saja membawa kesan peperangan, korban, bahkan penindasan. Di Islam, dewasa ini muncul stigma bahwa gerakan revolusioner identik dengan fundamentalisme dan terorisme. Stigma ini karena pengaruh dari media yang lebih sering menampilkan wajah gerakan revolusioner Islam yang keras. Namun memang begitu umunya, arus utama gerakan revolusioner Islam yang tidak pro dengan status quo lebih sering menggukan kekerasan. Artikel ini berusaha untuk menjelaskan tentang semangat gerakan revolusioner Asghar Ali Engineer yang tidak pro dengan status quo tetapi juga konsisten dengan prinsip-prinsip perdamaian. Gerakan itu dapat dikaji dari konsep besar teologi pembebasan dan teologi perdamaiannya. Dengan menggunakan metode deskripsi analisis, penulis menyimpulkan bahwa gerakan revolusioner yang diusung oleh Asghar Ali Engineer masih berada pada tahap gerakan penyadaran kepada umat Islam bahwa Islam adalah agama pembebasan dan agama perdamaian. Islam merupakan agama yang selalu memihak pada siapa saja yang tertindas dan menolak status quo yang selalu melakukan eksploitasi. Dimaksud gerakan revolusioner Islam oleh Asghar Ali Engineer bukanlah gerakan untuk semata-mata menguasai atas yang lain tetapi merupakan gerakan kasih sayang untuk memperjuangkan hak-hak pihak yang tertindas dengan berprinsip pada keadilan. Bagi Asghar, perang dan kekerasan hanya dapat digunakan untuk mempertahankan diri dari serangan dan merupakan keputusan paling terakhir apabila jalan perdamaian sudah tidak dimungkinkan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022