Islam pertama kali diperkenalkan ke Indonesia adalah ajaran yang sarat dengan tasawuf atau sufisme, baik dalam doktrin maupun praktik keagamaannya. Salah satu ajaran sufisme yang menempati peran sentral dalam percaturan intelektual Islam nusantara abad ke-16 dan 17 adalah paham wujudiyah. Artikel ini mencoba menganalisis kritik Abdurrouf al-Sinkili terhadap paham wujudiyah dalam kitab tafsir Tarjumanul Mustafid yang merupakan tafsir lengkap pertama dalam bahasa melayu di Nusantara abad 17 M. kitab ini terlahir dari fenomena sosial-keagamaan dimana masyarakat dihadapkan pada polemik yang terjadi antara pengikut paham wujudiyah dan ortodoksi tasawuf sunni. Al-Sinkili muncul sebagai sosok moderat dan kompromistik dalam mengurai ketegangan tersebut. Hal yang menarik untuk digarisbawahi adalah bagaimana al-Sinkili mendasarkan argumentasinya terhadap beberapa teks al-Qur’an dalam redefinisi konsep wujudiyyah. Walhasil, melalui artikel penulis sampai pada kesimpulan al-Sinkili merupakan tokoh yang menganut paham bahwa satu-satunya wujud hakiki adalah Allah, sedangkan alam ciptaanNya adalah wujud bayangan yakni bayangan dari wujud hakiki. Antara bayangan (alam) dengan yang memancarkan bayangan (Tuhan) tentu terdapat keserupaan, pada alam yang tampak ini Tuhan menampakkan dirinya (Tajalli).
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022