Sosok pawang hujan bernama Rara yang hadir di tengah perhelatan dunia ajang Motor GP di Mandalika menjadi perhatian publik, tidak hanya Indonesia, bahkan dunia. Sang Pawang menjadi kabar yang fenomenal, menjadi perbincangan publik di media, menggeser popularitas para pembalap kawakan di ajang Motor GP Mandalika. Fenomena Pawang Hujan di Mandalika, di luar dugaan, bahkan boleh jadi tidak masuk rencana agenda pemberitaan. Namun bagi media, hal yang tak disangka dan tak diduga ini berdampak terhadap nilai pemberitaan dan menyedot perhatian. Beragam penerimaan dalam bentuk respon dan persepsi khalayak terhadap fenomena pawang hujan ini bermunculan lewat berbagai komentar. Khalayak bukan lagi partisipan yang pasif yang hanya menonton sebagaimana menonton televisi sebagai media komunikasi satu arah akan tetapi mampu mekonstruksi dan merekonstruksi makna yang ada dalam sebuah tayangan media. Posisi-posisi khalayak dikategorikan berdasarkan teori Encoding/Decoding milik Stuart Hall dalam tiga posisi pembacaan audiens yakni Dominant position, Negotiated position dan Oppositional position. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan audiens terhadap pernyataan Rara sang pawang hujan dalam video “Mendebat Si Pawang Hujan" pada podcast Deddy Corbuzier terhadap ketiga informan menghasilkan pemaknaan yang didominasi oleh posisi Oppositional Position.
Copyrights © 2022