Dalam merancang beberapa hal sering dilewatkan, baik sengaja maupun tidak oleh arsitek, salah satunya adalah rasa kepemilikan. Dikarenakan tendensi arsitek untuk menganggap rancangannya sebagai karya seni, sering pengguna bangunan akhirnya tidak bisa memodifikasi atau mem-personalisasi ruang yang tercipta. Hal ini mengasingkan arsitektur dari isu sosial maupun penggunanya sendiri, menciptakan rancangan yang tidak fleksibel dan disalahpahami. Salah satu solusi dalam menyelesaikan permasalahan adalah menggunakan arsitektur humanisme dalam sudut pandang teori kebutuhan oleh Maslow. Dengan mengambil studi kasus UPTD Lingkungan Pondok Sosial Kampung Anak Negeri di Surabaya, dilakukan suatu analisa hubungan pemenuhan kebutuhan bertingkat dengan munculnya identitas pada bangunan. Pemunculan identitas ini sebagai upaya untuk memunculkan rasa kepemilikan dari pengguna kepada bangunan yang ditempatinya. Simpulan kajian menunjukkan adanya keterkaitan arsitektur humanisme sebagai salah satu landasan pertimbangan dalam merancang.
Copyrights © 2023