Agama Katolik memiliki sejarah panjang di Indonesia khususnya di Nusa Tenggara Timur. Seiring dengan ekspansi Portugal, pada tahun 1562 tiga biarawan Dominikan memulai misi mereka di Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur. Kesadaran Katolik untuk pendidikan di Nusa Tenggara Timur muncul ketika mereka mulai membangun seminari pertama pada tahun 1596. Di era kolonialisme Belanda, umat Katolik di Nusa Tenggara Timur tidak bisa leluasa bergerak dan memperluas keyakinannya. Dimulainya Ethische Politiek di Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 membuat Katolik kembali dapat berkarya dengan bebas dan berpengaruh besar dalam dunia pendidikan. Di Nusa Tenggara Timur, yang sebelumnya dikuasai Ordo Jesuit, perubahan Ordo Societas Verbi Divini atau SVD menandai dimulainya perkembangan besar pengaruh Katolik di Nusa Tenggara Timur khususnya di bidang pendidikan. Ini dimulai dengan pendirian seminari di beberapa daerah. Setelah itu, muncul beberapa intelektual dari Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan metode sejarah dan mencari bagaimana berdirinya seminari mempengaruhi kebangkitan Cendekiawan Nusa Tenggara Timur. Data diperoleh dari beberapa buku, artikel, dan berita. Dari penelitian ini diketahui bahwa seminari memiliki peran sentral dalam kebangkitan intelektual Nusa Tenggara Timur terutama setelah Indonesia merdeka. Meski peran ini semakin berkurang, namun seminari masih memegang bagian substansial di dunia intelektual Nusa Tenggara Timur dan Indonesia saat ini.
Copyrights © 2022