The National Commission for Women (NCW) reported a troubling rise in cases of violence against women, documenting 2,500 incidents from January to July 2021. This figure surpasses the 2,400 cases recorded in the entirety of 2020 and represents a significant 68% increase from the 1,419 cases in 2019. Among the various forms of violence, dating violence—often rooted in patriarchal values—emerges as a prevalent issue. This research employs theories of violence, power relations, patriarchal politics, and dating violence to analyze the dynamics of abuse within romantic relationships. The study focuses on how power imbalances and patriarchal norms contribute to dating violence. Findings reveal that while psychological and emotional violence are common, sexual violence is less frequently reported in these contexts. Specific forms of dating violence include physical abuse, verbal harassment, emotional neglect, coercion, and controlling behavior. The research highlights that women are predominantly the victims, while men are frequently the perpetrators. It underscores the critical need for power relations in relationships to be founded on justice and equality, rather than dominance. The persistence of patriarchal cultural values, deeply ingrained in socio- cultural structures from the family level onward, continues to perpetuate these issues. Additionally, social media plays a role in exacerbating the problem, as it serves as a platform where violence can be both reflected and perpetuated. The study suggests that addressing these challenges requires a concerted effort to challenge patriarchal norms and foster equitable power dynamics in relationships. Keywords: Dating violence, power relations, patriarchal politics ABSTRAK Komisi Nasional Perempuan (KNP) melaporkan peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan yang memprihatinkan, dengan mendokumentasikan 2.500 insiden dari Januari hingga Juli 2021. Angka ini melampaui 2.400 kasus yang tercatat sepanjang tahun 2020 dan menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 68% dibandingkan dengan 1.419 kasus pada tahun 2019. Di antara berbagai bentuk kekerasan, kekerasan dalam pacaran—yang sering kali berakar pada nilai-nilai patriarki—muncul sebagai masalah yang umum. Penelitian ini menggunakan teori kekerasan, hubungan kekuasaan, politik patriarki, dan kekerasan dalam pacaran untuk menganalisis dinamika kekerasan dalam hubungan romantis. Studi ini fokus pada bagaimana ketidakseimbangan kekuasaan dan norma patriarki berkontribusi terhadap kekerasan dalam pacaran. Temuan menunjukkan bahwa meskipun kekerasan psikologis dan emosional sering terjadi, kekerasan seksual lebih jarang dilaporkan dalam konteks ini. Bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang spesifik meliputi kekerasan fisik, pelecehan verbal, pengabaian emosional, pemaksaan, dan perilaku mengendalikan. Penelitian ini menyoroti bahwa perempuan umumnya adalah korban, sementara laki-laki seringkali adalah pelakunya. Penelitian ini menekankan perlunya hubungan kekuasaan dalam hubungan didasarkan pada keadilan dan kesetaraan, bukan dominasi. Keberlanjutan nilai-nilai budaya patriarki, yang tertanam dalam struktur sosial dan budaya dari tingkat keluarga ke atas, terus memperpetuasi masalah ini. Selain itu, media sosial juga berperan dalam memperburuk masalah, karena menjadi platform di mana kekerasan dapat dipantulkan dan diperpetuasi. Studi ini menyarankan bahwa mengatasi tantangan ini memerlukan upaya bersama untuk menantang norma-norma patriarki dan mendorong dinamika kekuasaan yang setara dalam hubungan. Kata Kunci: Kekerasan dalam pacaran (dating violence), relasi kuasa, politik patriarki.
Copyrights © 2023