Media siber masif menjalankan logika SEO (Search Engine Optimization). Strategi SEO pada konten berita ditandai dengan memanfaatkan keramaian sebuah isu, lalu memfabrikasinya berulang-ulang dengan membuat tulisan sebanyak-banyaknya. Kata-kata kunci terkait isu yang tengah ramai itu ditanamkan terus-menerus di dalam isi berita. Akhirnya, berita-berita tersebut akan muncul di urutan atas mesin pencari. Artikel ini meneliti mengapa media siber (dalam hal ini adalah Kompas.com, Tirto.id, Tempo.co, dan Liputan6.com) menjalankan kebijakan SEO. Bagaimana redaksi beradaptasi dengan budaya, termasuk mengamati dinamika di dalam ruang redaksi (penolakan maupun penerimaan awak redaksi). Tak lupa, menganalisis upaya redaksi menjaga kualitas jurnalisme. Data diperoleh berasal dari wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Temuan penelitian ini adalah empat media yang diteliti menyepakati bahwa SEO adalah sebuah cara meningkatkan traffic agar iklan bisa tumbuh. Menjalankan SEO lalu tampil dalam halaman terdepan pencarian Google secara politis berarti juga mempertaruhkan nama baik menjadi yang terdepan di antara media lainnya. Empat media siber yang diteliti melakukan penyadaran ke awak redaksinya agar mau menjalani SEO. Redaksi juga membuat pabrik konten di daerah dan menyiapkan kebijakan target page view sehingga awak redaksi mau tidak mau patuh pada logika SEO. Menariknya, ada batas-batas yang sengaja dibuat agar redaksi, ketika menerapkan SEO, bisa menghasilkan berita yang berkualitas. Media yang diteliti khawatir jika terlalu patuh pada SEO akan berdampak pada nama baik media itu sendiri, takut mendapat cap sebagai media “budak” SEO dengan mengorbankan kualitas jurnalisme.
Copyrights © 2022