Terminal merupakan objek arsitektur yang memiliki fungsi untuk membantu jalannya mobilitas masyarakat perkotaan. Sebagai tempat pertemuan manusia berbagai latar dalam periode waktu yang singkat, terminal kerap mengundang perilaku kriminalitas. Pencopetan, pelecehan seksual,penculikan, dan pengalaman tak ramah seperti pemaksaan jasa tidak pernah luput dari kehadiran sebuah terminal. Kasus kriminalitas yang terjadipada satu terminal menimbulkan imej tidak aman pada terminal lainnya, hingga akhirnya semua terminal yang ada memiliki stigma akan keamanandan menimbulkan fear of crime. Pencegahan kriminalitas dan penghilangan imaji tidak aman pada terminal dapat dilakukan dengan memperbaiki manajerial dan perancangan terminal. Perancangan terminal dilakukan menggunakan pendekatan arsitektur perilaku dengan mempelajari tata perilaku pengguna terminal dankriminal. Pola aktivitas kriminal terhadap calon korban dan analisis area dengan resiko kriminalitas yang tinggi mempermudah penghadiran solusirancang untuk menanggulangi masalah kriminalitas. Untuk dapat berhasil mencegah tindak perilaku kriminalitas, perancangan bekerjamenggunakan framework bernama situational crime prevention, yaitu konsep pencegahan kriminalitas dengan menentukan secara spesifik bentukkriminalitas seperti apa yang ingin dicegah. Pendekatan perilaku dengan pengaplikasian konsep framework situational crime prevention memiliki fokus pada aspek spasial bangunan dengantujuan untuk mempersulit upaya kriminalitas dan meningkatkan resiko pelaku kejahatan. Menghadirkan terminal yang aman dan nyaman.
Copyrights © 2022