AGRIKA
Vol 17, No 1 (2023)

UPAYA PENINGKATAN SERAPAN UNSUR HARA DAN HASIL BAWANG MERAH DI INCEPTISOLS MALANG MELALUI OPTIMALISASI DOSIS PUPUK MAJEMUK

Retno Suntari (Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya)
Sekar Mariam Hapsari (Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya)
Syahrul Kurniawan (Departemen Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya)



Article Info

Publish Date
31 May 2023

Abstract

ABSTRAKKabupaten Malang termasuk salah satu wilayah penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur pada tahun 2012-2019. Luas panen bawang merah di propinsi Jawa Timur pada tahun 2019 mencapai 42.962 hektar. Produksi bawang merah mengalami peningkatan, namun produktivitas bawang merah nasional masih tergolong rendah. Hal ini diduga akibat rendahnya kesuburan tanah maupun pemupukan yang kurang tepat. Upaya peningkatan produksi dapat dilakukan dengan aplikasi pupuk majemuk. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya di Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri dari 8 perlakuan yaitu M0 (kontrol), M1 (100% pupuk dasar), M2 (50% pupuk majemuk), M3 (75% pupuk majemuk), M4 (100% pupuk majemuk), M5 (125% pupuk majemuk), M6 (150% pupuk majemuk) dan M7 (200% pupuk majemuk) dengan 3 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk majemuk NPS (16:20:16) mempengaruhi pertumbuhan tanaman (panjang dan jumlah daun), produksi bawang merah (diameter umbi, bobot basah dan bobot kering umbi), dan serapan unsur hara tanaman. Pupuk majemuk NPS (50%-200%) tidak mempengaruhi pertumbuhan bawang merah, tetapi mempengaruhi produksi umbi bawang merah dan serapan N serta K. Pupuk majemuk NPS dosis 200% (setara 550 kg/ha) mampu meningkatkan produksi umbi bawang merah yang lebih banyak dibandingkan dengan dosis 50% dan 150% (setara 137,5 kg/ha dan 412,5 kg/ha). Pupuk majemuk NPS dosis 200% menurunkan pH tanah. ABSTRACTMalang Regency is one of the largest shallot producing regions in East Java in 2012-2019. The shallot harvested area in East Java province in 2019 reached 42,962 hectares. Shallot production has increased, but the national shallot productivity is still relatively low. This is thought to be due to low soil fertility and inappropriate fertilization. Efforts to increase production can be done with the application of compound fertilizers. The research was conducted in the experimental field of the Faculty of Agriculture, University of Brawijaya in Jatimulyo Village, Lowokwaru District, Malang City. The study was designed using a randomized block design (RBD) consisting of 8 treatments, namely M0 (control), M1 (100% basic fertilizer), M2 (50% compound fertilizer), M3 (75% compound fertilizer), M4 (100% compound fertilizer) , M5 (125% compound fertilizer), M6 (150% compound fertilizer) and M7 (200% compound fertilizer) with 3 replications. The results showed that NPS compound fertilizer (16:20:16) affected plant growth (length and number of leaves), onion production (tuber diameter, tuber fresh and dry weight), and plant nutrient uptake. NPS compound fertilizer (50%-200%) does not affect shallot growth, but affects shallot bulb production and N and K uptake. NPS compound fertilizer dose of 200% (equivalent to 550 kg/ha) can increase shallot bulb production which is more than the doses of 50% and 150% (equivalent to 137.5 kg/ha and 412.5 kg/ha). The NPS compound fertilizer at a dose of 200% lowers soil pH.

Copyrights © 2023






Journal Info

Abbrev

agrika

Publisher

Subject

Agriculture, Biological Sciences & Forestry

Description

Jurnal Agrika mempublikasikan hasil-hasil penelitian dalam bidang ilmu pertanian meliputi penelitian di bidang budidaya pertanian, agrobisnis dan teknologi pengolahan hasil pertanian, juga menginformasikan berbagai paket teknologi, ulasan ilmiah, komunikasi singkat dan informasi pertanian. ...