Curah hujan ekstrem di Kepulauan Bangka Belitung memiliki dampak banjir sehingga perlu adanya kajian terkait trend kejadian curah hujan ekstrem. Namun, belum cukupnya data observasi lapangan membuat pemanfaatan data curah hujan berbasis satelit perlu dilakukan. Data curah hujan satelit dari Precipitation Estimation from Remotely Sensed Information using Artificial Neural Networks (PERSIANN) - Cloud Classification System (CCS) yang merupakan data curah hujan berbasis satelit dengan resolusi spasialterbaik saat ini yaitu 0.04o. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi trend kejadian curah hujan ekstrem di Kepulauan Bangka Belitung menggunakan data PERSIAN-CCS dan analisisnya. Metode penentuan threshold ekstrem dengan Persentil 95, 98, dan 99, serta threshold 50 mm dan 100 mm seperti yang digunakan oleh BMKG. Beberapa threshold tersebut digunakan untuk menentukan jumlah kejadian curah hujan ekstrem tiap tahunnya. Regresi linear digunakan untuk menentukan slope sebagai trend naik atau turun. Mann-Kendal Test digunakan dalam penentuan signifikansi laju trend dari nilai slope. Hasil pengolahan data pada menunjukkan trend kenaikan signifikan kejadian curah hujan ekstrem Persentil 95 berkisar antara 3 - 11 kali perdekade, Persentil 98 dengan kisaran 2 - 6 kali, dan Persentil 99 dengan kisaran 1 - 4 kali. Kejadian curah hujan ≥ 50 mm naik signifikan antara 3 - 14 kali perdekade dan curah hujan ≥ 100 mm naik signifikan antara 1 - 3 kali. Kejadian mendominasi hampir seluruh Pulau Bangka dan sebagian Pulau Belitung. Pemetaan trend kenaikan signifikan untuk kejadian curah hujan ≥ 50 mm hampir sama dengan Persentil 95, sedangkan ≥ 100 mm memiliki pola yang hampir sama dengan Persentil 99.Kata kunci: Trend, Curah Hujan Ekstrem, PERSIANN-CCS, Kepulauan Bangka Belitung
Copyrights © 2020