Rumah Aceh merupakan kearifan lokal dengan penerapan penghawaan alami yang berfungsi untuk menciptakan kenyamanan termal yang mendukung aktivitas pengguna. Dengan memudarnya nilai budaya yang disebabkan perawatan rumah tradisional yang lebih sulit dan mahal menyebabkan masyarakat meninggalkan Rumah Aceh. Desa Lubuk Sukon merupakan desa wisata yang melestarikan Rumah Aceh sebagai tempat tinggal masyarakat. Penelitian ini mengkaji kenyamanan termal dua objek Rumah Aceh yang menggunakan material atap daun rumbia dan seng untuk mengetahui kinerja kenyamanan termal masing-masing bangunan. Pengukuran dilakukan dengan dua metode pengukuran yang berbeda yaitu pengukuran variabel fisik dan psikologis. Data pengukuran suhu udara, suhu radiasi, kelembaban, dan kecepatan udara diperoleh menggunakan alat Heat Stress WBGT Meter, Anemometer dan Thermorecorder kemudian hasil pengukuran di analisis dengan standar SNI, indeks PMV dan kenyamanan termal adaptif. Hasil perbandingan kedua objek yaitu Rumah Aceh Tradisional memiliki standar SNI Hangat Nyaman dengan Effective Temperature 29,9°C, indeks PMV Hangat dan kenyamanan termal adaptif Nyaman, sedangkan Rumah Aceh Perubahan memiliki standar SNI Hangat Nyaman dengan Effective Temperature 31,0°C, indeks PMV Panas dan kenyamanan termal adaptif Hangat. Dapat disimpulkan bahwa Rumah Aceh Tradisional lebih nyaman dibandingkan Rumah aceh Perubahan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2022