AbstractThis article supports the criticism of anthropocentrism as a factor in the environmental crisis. Using the cross-textual reading method, especially looking for similarities between the two texts in a balanced comparison, this study demonstrates the integration of humans and nonhuman creatures in the community of God. References for this thought are found in Genesis 1:26-31 and the Javanese philosophy of Sangkan Paraning Dumadi, a concept about cosmic consciousness asserting that God, human being and nature are one entity. This study attempts to build a contextual theo-ecology by examining the two texts equally. This resulted in a theological awareness that degrades anthropocentrism and replaces it with cosmocentrism emphasizing the unity of humans and non-humans as mutually sustaining God’s creatures. AbstrakArtikel ini mendukung kritik terhadap antroposentrisme sebagai faktor penyebab krisis lingkungan. Menggunakan metode pembacaan lintas tekstual, khususnya mencari kesamaan kedua teks dalam perbandingan yang seimbang, artikel ini memperlihatkan bahwa manusia dan alam tergabung dalam komunitas Allah. Acuan dari pemikiran ini terdapat dalam Kejadian 1:26-31 dan filosofi Sangkan Paraning Dumadi, sebuah konsep tentang kesadaran kosmik yang menegaskan bahwa Allah, manusia dan alam adalah satu kesatuan. Melalui penelitian dua teks secara berimbang, artikel ini berupaya untuk membangun sebuah teoekologi kontekstual. Hasilnya adalah kesadaran teologis yang mendegradasi antroposentrisme dan menggantikannya dengan kosmosentrisme, yang menekankan kesatuan manusia dan alam sebagai ciptaan Allah yang saling melestarikan.
Copyrights © 2022