WICAKSANA: Jurnal Lingkungan dan Pembangunan
Vol. 7 No. 2 (2023)

DENGUE SHOCK SYNDROME: A MINI-REVIEW

Giribaldi Pemecutan (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Diah Padmawati (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Trinia Amanda (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Kadek Berliantara (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Silfia Maharani (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Gustu Rama (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Ayu Switi (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Dian Puspitha (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Satria Udayana (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Velentina Putri (Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa)
Putu Nita Cahyawati (Unknown)



Article Info

Publish Date
13 Oct 2023

Abstract

Dengue Shock Syndrome (DSS) merupakan manifestasi terberat dari infeksi dengue. DSS masih menjadi masalah kesehatan yang mendesak khususnya di negara-negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Tingkat mortalitas penyakit ini tertingggi pada anak-anak. Penyakit ini ditandai dengan adanya kegagalan organ, syok, dan hipotensi. Studi literatur ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait penegakan diagnosis dan tata laksana kasus DSS. Studi literatur ini merupakan suatu narrative review. Berdasarkan hasil telaah pustaka diketahui bahwa penegakan diagnosis DSS dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium, USG abdomen, dan rontgen. Hasil pemeriksaan DSS menunjukkan perdarahan pada gastrointestinal, efusi pleura, kadar hematokrit >45%, dan trombositopenia ≤50.000/µL. DSS harus mendapatkan penanganan emergensi dan optimal, tetapi hingga saat ini tidak ada vaksin ataupun terapi khusus yang diberikan untuk mengobati DSS. Pemberian kortikosteroid masih terjadi pro dan kontra dari beberapa studi penelitian. Penanganan yang difokuskan adalah resusitasi cairan berupa cairan kristaloid isotonik atau cairan koloid. Kesimpulan dari review ini adalah diagnosis DSS yang dapat ditegakkan apabila ditemukan tanda-tanda syok disertai terjadinya penurunan jumlah trombosit dan peningkatan hematokrit yang menunjukkan adanya kebocoran plasma. Foto polos dada atau pemeriksaan rontgen dan ultrasonografi abdomen dapat digunakan sebagai alat bantu diagnosis. Manajemen DSS difokuskan pada monitoring keseimbangan cairan, karena saat ini belum terdapat vaksin yang terlisensi dan terapi antivirus untuk mencegah maupun mengobati penyakit ini.

Copyrights © 2023